Wednesday, August 30, 2006

To Be Or Not To Be

Seorang pemimpin bangsa Cina modern, Dr. Sun Yat Sen, adalah orang
yang menpopulerkan semboyan "to be or not to be". Secara bebas,
semboyan tersebut bisa diterjemahkan menjadi : "berhasil atau tidak
berhasil".

Kata-kata tersebut mengandung arti yang dalam. Manusia harus selalu
menyadari bahwa sistem dualisme selalu mengatur dunia ini dalam dua
kutub yang saling berlawanan. Ada gelap ada terang, ada tinggi ada
rendah, ada besar ada kecil dan seterusnya. Oleh sebab itu, dalam
mengejar suatu cita-cita, perlu selalu dipahami bahwa pilihannya juga
hanya ada dua, yaitu berhasil atau gagal.

Berhasil berarti kemenangan, gagal berarti kehancuran. Maka, dalam
hal perjuangan mencapai cita-cita luhur, tidak ada kompromi. Tidak
ada pilihan untuk setengah berhasil atau setengah gagal. Yang ada
hanya "berhasil" ! Kita menolak kegagalan, sehingga kegagalan harus
dicoret dari kamus kehidupan kita.

Para pemimpin telah menetapkan bahwa pilihan harus hanya satu,
yaitu "berhasil". Tidak pernah ada kegagalan. Yang mungkin ada
hanyalah "belum berhasil", bukan kegagalan.

Para kandidat yang ingin menjadi pemimpin usaha yang berhasil, harus
benar-benar mengambil intisari pelajaran ini. Tidak akan pernah ada
kegagalan, selama kita belum berhenti berusaha. Sir Winston
Churchill mengatakan : "Jangan mengaku kalah ! Jangan, jangan dan
jangan pernah menyerah dalam hal apa pun yang Anda lakukan !"

Perlu dimengerti bahwa suatu perjalanan panjang menuju cita-cita
adalah suatu garis penghubung antara dua titik yang saling berjauhan,
yang satu di sini yang lain nun jauh di sana, dan diantara keduanya
terdapat serangkaian gunung terjal serta lembah dan jurang yang
curam. Gunung terjal menempatkan kita di posisi ketinggian pada satu
saat, sedangkan lembah dan jurang mengharuskan kita berada di
kerendahan pada saat berikutnya.

Tidak ada sesuatu yang salah dengan hal itu, semua wajar-wajar saja
dan memang seharusnya begitu. Demikian juga berbagai kemenangan dan
kejatuhan kecil sepanjang perjalanan menuju sukses, adalah suatu hal
yang wajar-wajar saja dan memang harus dilalui. Tidak ada jalan
pintas. Tiada kebahagian tanpa pengorbanan, jer basuki mowo beo,
pepatah Jawa mengatakan.

Sebuah perjalanan hidup adalah sebuah proses belajar tanpa henti.
Tidak ada garis finish, kecuali saat kematian. Dan aturan alam
menghendaki bahwa proses belajar memang harus sarat dengan jatuh
bangun, karena jatuh bangun akan membuat manusia menjadi makin matang
dan piawai. Jatuh bangun membentuk pengalaman, sedangkan pengalaman
adalah guru terbaik bagi siapa pun.

Seseorang yang belajar mengendarai sepeda akan lebih mahir setelah
mengalami jatuh bangun sebanyak 100 kali daripada orang lainnya yang
hanya mengalami hal itu sebanyak 50 kali. Seorang anak balita (usia
di bawah lima tahun) yang mengalami jatuh bangun lebih banyak ketika
belajar berjalan, akan lebih kuat dan lebih waspada daripada anak
lainnya yang mengalaminya lebih sedikit.

Demikian juga seorang uahawan yang berkali-kali mengalami kejatuhan
sebelum sukses, akan menjadi pengusaha yang tangguh dan tak perlu
diragukan lagi kepiawaiannya.

Berdasarkan hal-hal itu, tulisan ini ingin memberi pesan kepada semua
saja, baik yang sudah dalam proses jadi pengusaha mau pun yang masih
menjadi karyawan, agar dalam usaha mewujudkan cita-cita jangan sekali-
kali mengenal kata menyerah.

Nikmatilah kerja, karena kenikmatan sejati terletak pada penjiwaan
dan penghayatan kerja, bukan pada hasilnya, baik berupa uang mau pun
materi lainnya. Kenikmatan kerja sifatnya abadi, sementara
kenikmatan materi bersifat sementara, berjangka pendek dan
menyesatkan.

Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan

No comments:

Post a Comment