Kisah Dua Pasien
October 4th, 2005
Di sebuah rumah sakit, di salah satu sudut kamar rawat-inap ada dua orang lelaki yang menderita sakit cukup parah, kedua orang tersebut hanya dipisahkan oleh pembatas tipis, sehingga mereka berdua bisa bercakap-cakap walau tidak bisa melihat satu dengan yang lain.
Salah seorang lelaki setiap 1 jam dalam sehari diizinkan duduk di dekat jendela, untuk membantu melonggarkan pernafasannya, sedangnya lelaki yang satu lagi tidak bisa bangun karena beberapa bagian tulang patah dan luka dalam yang cukup parah mengharuskan ia terus terbaring.
Pada permulaannya mereka bercakap-cakap, tentang pekerjaan, keluarga, kegemaran dan membicarakan apapun agar mereka tidak bosan.
Kemudian setiap siang, lelaki yang diizinkan duduk, menghadap jendela dan selalu bercerita apa saja yang bisa ia lihat di luar melalui satu-satunya jendela yang ada di ruang rawat-inap mereka tersebut.
Nampak dari jendela taman dengan kolam yang bersih dan luas dengan beberapa bebek di sekitarnya, ada beberapa anak-anak bermain kapal-kapalan, beberapa remaja bergandengan tangan, ada juga orang-orang tua yang nampak bercakap-cakap dan membaca buku di kursi-kursi sekitar taman.
Lelaki yang terbaring hanya mendengar dengan seksama dan sesedikit berkomentar untuk meramaikan suasana, kadang gelak tawa muncul dari dua orang yang sudah bosan dirawat terus menerus tersebut.
Suatu siang, terdengar parade band yang begitu jelas, riuh rendah, lelaki yang diizinkan duduk segera menghadap jendela dan bercerita begitu detilnya kepada temannya yang terbaring, sementara lelaki yang terbaring dengan gembira menyimak apa yang diceritakan temannya tersebut.
Hari berlalu, di suatu pagi, beberapa petugas rumah sakit masuk ke ruangan tersebut masuk lebih banyak daripada hari biasa, suara-suara roda ranjang yang didorong nampak jelas, beberapa saat kemudian keadaan sepi lagi, hanya ada seorang perawat yang seperti biasa membantu mengganti perban lelaki yang terbaring.
Perawat itu mengatakan sudah saatnya perban disekitar muka lelaki yang terbaring bisa dibuka dan bisa bertukar tempat karena ranjang yang satu lagi telah kosong, lelaki selalu terbaring begitu gembira, karena dengan begitu ia bisa melihat lagi, tidak perlu mendengar cerita dari temannya.
Begitu ia bisa melihat dekat jendela, ia terkejut, karena hanya cahaya siang dan tembok saja yang nampak dihadapan jendela, ia lalu berkeluh kesah bahwa selama ini ia dibohongi oleh teman sekamarnya.
Perawat itu hanya tersenyum dan mengatakan, ” mungkin dia hanya ingin membuat anda gembira dan bersemangat, teman kamar anda itu buta sejak ia dirawat di kamar ini dan sudah meninggal pagi tadi”.
No comments:
Post a Comment