Thursday, August 10, 2006

David Stern: Keunggulan Dan Kebersamaan

Mungkin Anda sudah mengenal NBA (National Basketball Association)
yang sering mengadakan pertandingan bola basket yang selalu ditunggu-
tunggu pencinta bola basket di seluruh dunia. Para pemain
unggulannyapun dianggap sebagai salah satu tim paling tangguh di
dunia sehingga dijuluki `The Dream Team'. Tapi, sudahkah Anda
mengenal David Stern, tokoh dibalik sukses NBA? Siapa tahu ada yang
bisa Anda teladani dari tokoh ini?

Kebersamaan
Menurut David Stern, kebersamaan antara pemain dan pemilik Asosiasi
merupakan kekuatan yang luar biasa yang dapat disatukan untuk meraih
sukses. Untuk itu, David Stern senantiasa mencoba untuk menggalang
kesatuan diantar pihak-pihak yang terkait dalam setiap pertandingan
yang diselenggarakan oleh NBA. Untuk setiap keputusan penting yang
akan diambilnya, David akan mengumpulkan data yang kuat sebelum
mengajukan usulannya kepada pemilik dan untuk mendapat dukungan dari
para pemain juga. Dengan menggalang dukungan kedua pihak penting
tersebut, David merasa lebih kuat untuk melangkah mengembangkan
bisnis seputar NBA.

Keunggulan
Stern yang lahir tahun 1942 dan menduduki kursi komisaris NBA tahun
1984 selalu berusaha mempersembahkan yang terbaik bagi pencinta bola
basket. Untuk memuaskan penonton, ia tidak ragu dalam mengeluarkan
dana investasi yang besar. Menurut Stern, dana jangan dijadikan
hambatan untuk mempersembahkan yang terbaik.
Jika karena keterbatasan dana, seseorang atau satu perusahaan
akhirnya memilih untuk mengurangi kualitas, maka mungkin di jangka
pendek perusahaan tersebut bisa tetap eksis, tetapi eksistensinya di
jangka panjang sangat diragukan, karena pelanggan akan mengingat
kualitas yang kurang baik yang ditawarkan orang atau perusahaan
tersebut. "Kualitas kita ditentukan oleh kualitas layanan kita pada
orang-orang di sekitar kita," ini merupakan prinsip hidup dan prinsip
bisnis David Stern. Jadi jika ingin terlihat unggul, dan diakui
sebagai perusahaan yang unggul, maka kita harus mempersembahkan yang
terbaik.

Memilih yang Terbaik
Selain keunggulan dalam kualitas tontonan, konsep unggul juga
diterapkan David Stern dalam memilih orang-orang untuk bekerjasama
dengannya. Karena ia yakin akan kualitas prima orang-orang
pilihannya, ia tidak ragu-ragu dalam memberikan kepercayaan kepada
mereka. Ia juga menghargai masukan-masukan yang diberikan oleh orang-
orang pilihannya. Misalnya, walaupun ia pada mulanya tidak setuju,
namun ia tetap mempersilakan ide tentang `three-point shooting
contest' yang di tambahkan di akhir pertandingan NBA All-star Weekend
untuk dicoba. Kontes ini ternyata menjadi fitur unggulan pertandingan
NBA tersebut.

Tidak Malu Belajar
Dari tontonan olah raga bola basket yang hanya mampu menarik penonton
untuk memenuhi 50% tempat duduk di satu stadion olah raga, menjadi
tontonan olah raga yang berhasil mempesona ratusan juta penonton di
199 negara. Dari sekedar pertandingan olah raga biasa dengan
pemasukan dari penjualan tiket menonton pertandingan saja, menjadi
pertunjukan hiburan yang meraup milyaran dolar dari berbagai sumber
(kontrak penayangan dengan televisi, sponsorship oleh berbagai produk
unggulan dunia, penjualan merchandise dengan lisensi NBA). Ini semua
berhasil diraih karena David Stern tidak malu belajar dari banyak
orang di banyak industri yang telah terlebih dahulu tampil unggul
dalam meraih sukses.
Perluasan produk dipelajarinya dari Disney yang berhasil meluaskan
pemasukannya dari sekedar pemasukan film, menjadi pemasukan dari
taman hiburan, dan penjualan merchandise berlabel Disney. Sedangkan
pemantapan citra NBA sebagai tontonan unggulan dipelajarinya dari
Coca Cola, IBM dan berbagai `brand' unggul lainnya.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip sukses ini, David Stern telah
berhasil membawa NBA sebagai tontonan unggul dengan membukukan
pendapatan yang juga luar biasa. Mungkin Anda juga bisa melakukan
transfer silang prinsip bisnis David Stern ke usaha Anda. Selamat
mencoba.



Memulai Bisnis Tanpa Uang Tunai

Bisnis punya uang tunai dulu, itu sudah lumrah. Tapi tak benar, tak
mungkin memulai bisnis tanpa uang tunai

Mungkinkah kita mulai bisnis tanpa memiliki uang tunai? Saya kira itu
mungkin saja. Mengapa tidak! Jika kita mampu mengoptimalkan pemikiran
kita, maka akan banyak jalan yang bisa ditempuh dalam menghadapi
masalah permodalan untuk kita bisa memulai bisnis. Cuma masalah
permodalan untuk kita bisa memulai bisnis. Cuma masalahnya, darimana
duit itu berasal? Logikanya, semua bisnis itu membutuhkan modal uang.
Memang, kebanyakan kita selalu mengeluh ketiadaan modal uang sebagai
alasan mengapa kita "enggan" berwirausaha. Padahal, modal yang paling
vital sebenarnya bukanlah uang, tetapi modal non-fisik, yakni berupa
motivasi dan keberanian memulai yang mengebu-gebu.
Saya yakin, jika hal itu sudah bisa dipenuhi, maka mencari modal uang
bukanlah persoalan yang tidak mungkin, meski secara pribadi kita
tidak memiliki uang. Sementara kita telah tahu, bahwa peluang bisnis
telah ada di depan mata. Tentu, alangkah baiknya jika kita tidak
menundanya untuk memulai berbisnis.

Toh kita tahu, bahwa sebenarnya banyak sumber permodalan. Seperti
uang tabungan, uang pesangon, pinjam di bank dan di koperasi atau
dari lembaga keuangan atau dari pihak lainnya. Namun, jika kita
ternyata tidak memiliki uang tabungan, uang pesangon atau katakanlah
belum ada keberanian untuk meminjam uang di bank atau koperasi, saya
kira kita juga tidak perlu risau. Karena ada cara untuk memulai
bisnis, meski kita tidak memiliki uang tunai sekalipun.
Contohnya, kita bisa menjadi seorang perantara. Misalnya, menjadi
perantara jual beli rumah, jual beli motor dan lain-lain. Keuntungan
yang kita dapat bisa dari komisi penjualan atau cara lain atas
kesepakatan kita dengan pemilik produk. Saya yakin, kita pasti bisa
melakukannya.

Kita bisa juga membuat usaha dengan cara konsumen melakukan
pembayaran di muka. Dalam hal ini, kita bisa mencari bisnis dimana
konsumen yang jadi sasaran bisnis kita itu mau membayar atau
mengeluarkan uang dulu sebelum proses bisnis, baik jasa maupun
produk, itu terjadi. Misalnya bisa dilakukan pada bisnis jasa,
seperti industri jasa pendidikan. Dimana, siswa diwajibkan membayar
dulu didepan sebelum proses pendidikan itu terjadi.
Bisa juga misalnya, ada orang yang memesan barang pada kita, namun
sebelum barang yang dipesan itu jadi, pihak konsumen sudah memberikan
uang muka dulu. Artinya, itu sama saja kita telah diberi modal oleh
konsumen.

Masih ada cara lain memulai bisnis tanpa kita memiliki uang tunai.
Contohnya, menggunakan sistem bagi hasil. Biasanya, cara bisnis model
ini banyak diterapkan pada Rumah Makan Padang. Dimana kita sebagai
orang yang memiliki keahlian memasak, sementara patner bisnis kita
sebagai pemilik modal uang.

Kita bekerjasama dan keuntungan yang didapat pun dibagi sesuai
kesepakatan bersama. Atau kita mungkin ingin cara lain? Tentu masih
ada. Contohnya, kita bisa melakukannya dengan sistem barter dengan
pemasok, dan kita pun jika memiliki keahlian tertentu, mengapa tidak
saja menjadi seorang konsultan. Selain itu, bisa saja denagn cara
kita mengambil dulu produk yang akan diperdagangkan, hanya untuk
pembayarannya bisa kita lakukan setelah produk tersebut terjual pada
konsumen. Tentu, masih banyak cara lain untuk kita memulai bisnis
tanpa uang tunai.

Oleh karena itu, menurut saya, sebaiknya kita tidak perlu berkecil
hati atau takut dipandang rendah, bila ternyata kita memang tidak
memiliki uang tunai namun berhasrat untuk memulai bisnis. Saya yakin,
dengan kita memiliki uang tunai namun berhasrat untuk memulai bisnis.
Saya yakin, dengan kita memiliki kemauan besar menjadi seorang
wirausahawan atau entrepreneur, maka setidaknya akan selalu ada jalan
untuk memulai bisnis. Nyatanya, tidak sedikit pengusaha yang telah
meraih keberhasilan meski saat memulai bisnisnya dulu tanpa memiliki
uang tunai.

Itu menunjukkan bahwa tidak benar kalau ada yang mengatakan "Tak
mungkin kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai." Kuncinya
sebetulnya terletak pada motivasi dan keberanian kita memulai bisnis
yang mengebu-ngebu. Hanya saja, untuk cepat meraih sukses - apalagi
tanpa memiliki uang tunai - itu tidak semudah seperti kita
membalikkan telapak tangan. Semuanya membutuhkan perjuangan.

No comments:

Post a Comment