Tuesday, August 08, 2006

Pantang Berputus Asa
Oleh Uti Konsen.U.M.

TERNYATA pendidikan formal saja tidak secara otomatis membuahkan
kesuksesan bagi seseorang. Sebab banyak kita saksikan orang yang
tadinya hanya sempat mengenyam pendidikan Sekolah Dasar atau sampai
Tingkat Menengah saja, tapi nasibnya bisa sukses. Bahkan ada pula
yang tidak sampai lulus Sekolah Dasar, tapi meraih prestasi gemilang.
Kiat mereka seperti kata peribahasa "Dimana ada kemauan disitu ada
jalan".

Beginilah kisah Thomas Alva Edison (1847 - 1931). Karena "dungu",
Dewan Guru memanggil ibunya dan menyatakan bahwa si Thomas akan
dikeluarkan dari sekolahnya. Menerima keputusan yang pahit itu,
Marry, si ibu Thomas memotivasi anaknya dengan berkata: "Hai Thomas
anakku, engkau anakku yang genius." Di rumah sang ibu mengajari
anaknya dengan sabar, tekun dan penuh kasih sayang. Hurup dieja satu
per satu, dirangkai menjadi kata dan kemudian membuat kalimat. Itulah
yang dilakukan oleh Marry kepada Thomas setiap hari. Setelah
memperoleh pengertian, Edison duduk dengan sabarnya di malam hari
yang panjang dimusim dingin, di ruang "laboratoriumnya". Apa
kerjanya? Ia mencoba ribuan bahan yang tipis untuk filament bola
lampu. Untung si Thomas tidak terpengaruh untuk menyerah, setelah
pada satu hari dua orang pembantunya berkata: "Pak Edison kami baru
saja menyiapkan percobaan yang ketujuh ratus. Kami masih belum
menemukan jawabannya. Kami gagal?" Bagaimana reaksi Thomas: "Tidak
sahabatku. Kalian belum gagal." Dengan motivasi itu, percobaan terus
dilanjutkan. Dan apa yang terjadi? Akhirnya percobaan itu membuahkan
hasil, karena kesabaran yang panjang dan menakjubkan.
Dialah, penemu terbesar sepanjang zaman. Yaitu penemu lampu listrik.
Saat meninggal, Edison memiliki lebih dari 1.300 hak paten di Amerika
dan di manca negara. Mengapa Edison sukses? "Dia sabar. Tidak mudah
menyerah, saat gagal berulang kali! Kesabarannya hampir sempurna.
Padahal sekolah formalnya cuma tiga bulan," tulis Yudi Pramuko dalam
bukunya Raport Merah.

Bill Gates muda, usia 19 tahun, keluar dari Universitas terbaik
Amerika, Harvard University. Lalu memulai wirausaha dari kecil, di
garasi rumahnya. Belajar terus, siang malam, dan berhasil menjadi
wirausahawan sejati. Kini ia manusia terkaya di planet bumi berkat
wirausaha dari bawah sekali.

King Gillette, menghabiskan usianya bertahun-tahun untuk menekuni
produk dan perusahaannya. Ia memeras otak dengan tabah, sabar untuk
memasarkan pisau cukur sekali pakai itu keseluruh dunia. Bayangkan
setelah berjuang mati-matian dalam 2 tahun pertama bisnisnya, pisau
cukurnya hanya laku 144 buah. Dan harganya pun sangat murah. Karena
itu untungnya pun tipis. Menyerahkan King Gillette? Ia tidak menyerah
kalah, meski sulit. "Ia tetap bersabar, dan terus mencari strategi-
strategi baru dalam pemasaran produk barunya itu. Pada akhirnya ia
menemukan strategi yang ampuh" (Joe Cossman 1997). "Ya, King Gillette
kini merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Ia,
bagian dari sejarah bisnis Amerika yang termasyhur. Yang dilandasi
pada kesabaran yang membaja dan luar biasa. Siapa manusia di alam
semesta ini yang tidak kenal pisau silet ? Kesabaran yang besar dan
luar biasa itulah yang menyebabkan mengapa hingga kini pisau cukur
silet masih berpengaruh di seluruh penjuru dunia, hingga detik ini,"
tulis Yudi Pramuko dalam salah satu bukunya.

Sebagai penutup, patut kita simak dari kehidupan semut. Semut
senantiasa mengulangi usahanya berkali-kali hingga sampai pada
tujuannya. Semut tetap fokus pada tujuan hingga
tercapai. "Sesungguhnya dalam kehidupan semut itu terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mau berpikir, yaitu pelajaran tentang
ketegaran, kesabaran, ketekunan, ketabahan dan berkesinambungan".



Uang: Tidak Perlu Dicari?

Oleh: Roy Sembel,
Direktur MM Finance and Investment, Universitas Bina Nusantara
(www.roy-sembel.com),
Sandra Sembel,
Direktur Utama Edpro (Education for Professionals),
edpro@cbn.net.id

Ah, masa iya? Bayar tagihan telepon, listrik, air, uang sekolah anak-
anak, keperluan rumah tangga, bahan bakar dan perawatan mobil,
keperluan makan, minum. Semua menggunakan uang. Jadi, uang tetap
perlu dicari.

Mungkin ini menjadi argumentasi Anda ketika membaca judul artikel
ini. Anda tidak salah, tetapi juga tidak 100% benar. Semua ini memang
perlu uang, tapi bukan berarti uang yang diperlukan harus dicari atau
dikejar. Yang perlu dilakukan adalah membuat uang mengejar ataupun
mencari Anda.
Jika Anda Mengejar atau Mencari Uang.
Sesuatu yang dikejar biasanya larinya lebih kencang. Sesuatu yang
dicari, biasanya tidak terlihat, atau sedang dalam keadaan "hilang".
Mengejar dan mencari merupakan dua aktivitas yang tidak mudah
dilakukan karena banyak hambatan yang akan ditemui.
Mengejar Uang. Dalam kegiatan "mengejar", faktor kunci sukses adalah
kecepatan dan stamina. Siapa mempunyai stamina untuk secara konsisten
(terus-menerus) memacu kecepatan yang lebih tinggi dari yang dikejar
maka dia mungkin akan berhasil.
Demikian pula dengan orang yang "mengejar" uang. Ia harus selalu
menjaga stamina untuk memacu kecepatannya untuk mendapatkan uang yang
dikejar. Sekali ia lengah, maka ia akan tertinggal jauh. Jika ia
tertinggal jauh, maka uang semakin tak terkejar, bahkan mungkin ia
akan tersingkir dari pertarungan mengejar uang.
Ini jugalah yang terjadi pada orang ataupun perusahaan yang semata
mengejar uang (baca: keuntungan finansial). Mereka akan berusaha
melakukan apa pun juga (termasuk juga yang tidak positif) untuk
menjegal lawan. Mereka juga akan berusaha melakukan apa pun juga
untuk mendapatkan uang (memotong biaya, meningkatkan pendapatan)
secepatnya. Keputusan ini se ringkali terikat pada keuntungan jangka
pendek saja. Akibatnya kelangsungan hidup di jangka panjang menjadi
korban. Perusahaan ataupun orang yang menerapkan prinsip ini tidak
akan bertahan lama. Pada suatu saat mereka akan tersingkir dari
arena "pertandingan" lari untuk mengejar uang.
Misalnya, perusahaan yang hanya mengejar uang, akan cenderung
berusaha mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya tanpa memikirkan lebih jauh dampak dari tindakan
ini di masa datang. Mereka mungkin akan menaikkan harga, menurunkan
kualitas agar dapat memperoleh laba besar. Mereka juga akan membujuk
target pasar dengan segala cara (termasuk menipu target pasar) untuk
membeli produk mereka. Akibat dari kedua praktik pengejaran uang ini
adalah kekesalan pelanggan: ketika pelanggan sadar bahwa apa yang
mereka dapatkan jauh di bawah standar yang ditawarkan perusahaan,
pelanggan akan marah dan jera membeli produk perusahaan yang sudah
dianggap menipu mereka tersebut.
Mencari Uang. Bagi mereka yang berusaha mencari uang, segala sesuatu
cenderung akan diukur dengan uang. Kualitas yang mereka tawarkan akan
diukur dengan uang yang mereka dapatkan. Jika mereka hanya
mendapatkan uang dalam jumlah kecil, maka mereka juga akan memberikan
kualitas kerja yang rendah.
Mereka merasa rugi jika harus berusaha yang terbaik sementara gaji
yang mereka dapatkan dianggap belum memadai. Waktu yang mereka
dedikasikan juga mereka ukur dengan uang. Jika mereka harus memberi
waktu banyak, maka mereka juga akan mengharapkan upah yang lebih
banyak. Mereka tidak akan mau bekerja melebihi waktu bayaran mereka.
Misalnya, sebut saja seorang karyawan yang bernama Rahayu yang
berprinsip bekerja untuk mencari uang. Ketika mendapat kesempatan
dari perusahaan untuk menunjukkan kualitas yang lebih tinggi dari apa
yang ada pada job description yang telah ditanda-tangani, Rahayu
dengan tegas menolak karena ia tidak mau bekerja "lebih" dari bayaran
yang diterima. Akibatnya, kesempatan ini diberikan kepada Dewi yang
dengan senang hati menerima kesempatan "emas" tersebut. Dewi
berprinsip, jika ia bisa membuktikan bahwa ia bisa melakukan tanggung
jawab yang lebih tinggi, maka ada kemungkinan ia akan dipercaya untuk
mendapat posisi dengan tanggung jawab baru tersebut. Dengan
sendirinya pasti kompensasi finansial pun akan meningkat.

Jika Anda Tidak Mengejar Uang
Jika Anda tidak mengejar uang, tetapi kualitas dan kepuasan kerja,
maka Anda akan mendapatkan keduanya (kualitas dan kepuasan kerja).
Selain kedua hal ini, uang pun akan dengan sendirinya mengejar Anda.
Berikan Bantuan. Jika Anda membantu cukup banyak orang untuk sukses,
maka sukses akan mengikuti Anda. Orang-orang yang Anda bantu akan
menceritakan kehandalan Anda dalam membantu mereka. "Kesaksian" orang-
orang ini tentang reputasi Anda yang positif akan menjadi senjata
promosi yang ampuh untuk Anda, sehingga orang lain juga tidak akan
ragu untuk berbisnis dengan Anda.
Misalnya, setelah pekerjaan utama yang menjadi tanggung jawabnya
selesai, Arief yang bekerja sebagai staf administrasi di sebuah
perusahaan, tidak segan-segan untuk membantu siapa pun yang
membutuhkan bantuannya. Bantuan ini ia berikan tidak hanya ketika
diminta, tetapi juga ketika ia melihat orang lain membutuhkannya
(tanpa diminta). Sehingga Arif menjadi orang yang diandalkan banyak
orang di perusahaannya. Tidak heran ketika perusahaan membuka
lowongan untuk suatu jabatan yang lebih tinggi, Arief menjadi orang
yang ditunjuk untuk menduduki jabatan tersebut.
Melakukan yang Terbaik. Jika Anda selalu melakukan yang terbaik,
lebih dari dari orang-orang lain di sekitar Anda, pada setiap
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Anda, maka sukses tak akan ke
mana-mana. Ini yang menjadi prinsip hidup Carly Fiorina, wanita
pengusaha, yang menjadi CEO di Hewlett-Packard. Prinsip ini juga
selalu dipraktikkan oleh orang-orang sukses lainnya.
Misalnya, Sherry selalu berusaha mempersembahkan kualitas prima pada
setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Kinerjanya yang
selalu positif mencerminkan potensinya yang juga positif. Inilah yang
akhirnya melancarkan laju perjalanan kariernya, sampai akhirnya ia
dipercaya menduduki jabatan pimpinan di bidang yang selama ini
ditekuninya.

Mereka yang Tidak Mengejar Uang
Ingin melihat teladan konkret mereka yang tidak mengejar uang, tetapi
sukses dan mendapatkan uang berlimpah? Simak yang berikut.
Kazuo Inamori pendiri Kyocera Corporations tahun 1959. Perusahaan ini
bergerak di bidang teknologi. Pada saat didirikan, Kyocera hanya
memiliki 28 karyawan dan modal $10,000. Namun setelah itu, perusahaan
ini mampu berkembang menjadi perusahaan yang menghasilkan suku cadang
berteknologi tinggi, seperti semikonduktor yang canggih.
Pendirinya, Inamori, tidak mengejar keuntungan finansial dalam
membangun bisnis, melainkan mengejar tujuan yang lebih mulia dari
uang: semua bisnis yang dibangunnya selalu berorientasi pada
masyarakat, yaitu bisnis yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat
banyak. Tujuan mulia ini senantiasa didengungkannya kepada seluruh
karyawannya, agar mereka paham bahwa mereka bekerja bukan saja untuk
diri sendiri atau perusahaan, tetapi terutama adalah untuk
kepentingan masyarakat luar.
Bermodalkan keyakinan, dan tujuan mulia ini yang juga ditularkan
kepada seluruh jajarannya, Kazuo Inamori bisa tetap optimis di masa
sulit. Ia dan karyawannya tetap memiliki harapan dan semangat juang
tinggi untuk melewati masa sulit yang dihadapi. Jika satu cara
menemui kegagalan, Inamori tidak putus asa, ia akan mencari ataupun
menciptakan cara lain untuk mencapai sasaran yang dituju, sampai
akhirnya sukses finansial dengan sendirinya mengikuti Inamori.
"Build people and they will build the business for you," demikian
prinsip bisnis Brownie Wise, salesman ulung dari perusahaan
Tappeware. Dengan prinsip ini, Wise bekerja tidak semata untuk uang,
tetapi terlebih untuk membantu sumber daya manusia agar menjadi lebih
baik dan lebih unggul.
Menurut Wise, sumber daya manusia adalah tulang punggung sebuah
bisnis. Untuk itu mereka perlu dibangun dan diperlengkapi dengan
keterampilan teknis (tentang produk yang akan dijual), terutama non-
teknis (motivasi, tujuan, kepercayaan diri, dan visi misi pribadi).
Caranya? Melalui keteladanan (dengan mencontohkan sikap sukses dari
tingkah laku sang pemimpin), dan pelatihan praktis (baik on-the job
maupun pelatihan singkat) di bidang yang menjadi tanggung jawab
masing-masing.
Guna memacu agar sumber daya yang direkrut perusahaan bisa
berprestasi, Brownie Wise beranggapan bahwa SDM perlu diajak untuk
memiliki mimpi yang ingin mereka raih, dan diperlihatkan cara untuk
meraih mimpi tersebut melalui pekerjaan mereka di perusahaan.
Misalnya, jika seorang karyawan atau distributor ingin membeli rumah,
tunjukkan seberapa banyak volume penjualan yang perlu diraih dan
bagaimana cara mencapai target tersebut setahap demi setahap untuk
dapat mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan demikian,
perusahaan bisa membuat karyawan tetap fokus pada tujuan pribadi yang
sejalan dengan tujuan perusahaan.
Prinsip ini telah membantu Wise untuk menolong banyak orang untuk
sukses. Kesuksesan orang-orang yang dibantu oleh Wise merupakan
kesaksian hidup bagi kualitas Wise yang juga prima. Sehingga orang
sekitar percaya akan keandalan Wise dan berani mempercayakan bisnis
mereka juga pada Wise.
Uang memang perlu, tapi bukan untuk dijadikan tujuan akhir untuk
dikejar. Yang perlu dilakukan adalah membuat uang mencari Anda dengan
mendasarkan tujuan hidup dan setiap keputusan yang Anda ambil pada
sesuatu yang lebih mulia dari uang: Membantu orang lain untuk sukses
agar dengan sendirinya orang lain juga akan membantu Anda untuk
sukses. Semakin banyak orang yang Anda bantu untuk sukses, semakin
banyak orang yang akan mendukung Anda untuk sukses. Selamat mencoba.

Salam ,
Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan
membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah
ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan
terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong
mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan
saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
"Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan
waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu
berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan
bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan
yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu,
ibu duduk disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih
menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku
makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu
menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan
cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan
ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan
kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api
untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang
untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun
dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan
dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku
berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus
kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak
capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku
pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari,
ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah
disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental
tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental.
Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk
ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak
haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita
pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat
kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati
yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat
kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang
bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya
punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika
berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja
di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud
membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik
hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku
tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker
lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di
seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk
ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya
setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku
dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya
terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas
betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat
lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air
mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti
ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "angan menangis anakku,Aku
tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita
yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk
meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah
dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan
pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas
apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di
samping kita.
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita
sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita
renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu
kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di
kemudian hari.


Memahami sebuah Perjalanan

Ketika menjadi seorang perempuan, kita dihadapkan sebuah tantangan untuk kuat menghadapi gempuran kehidupan.
Ketika seorang laki-laki berucap tegar, dia juga harus siap menangis karena kenyataan
Ketika tawa berubah menjadi sebuah kebencian, disitu terlihat betapa mudahnya semua menghilang
Dan ketika kecemburuan terjadi karena cinta, kitapun tak tahu begitu rentannya hati kita dicoba
Namun ada suatu kepastian, bahwa semua itu adalah bentuk dari sebuah perjalanan
Kita harus mampu memberi makna dari setiap perubahan
Kita harus bersiap pada setiap tikungan
Dan kita tak boleh lemah karena perjalanan
Hanya satu kepastian ketika perjalanan itu akan berakhir pada sebuah keabadian

Penulis: Unkown Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada
para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan
berkata, "Okay, sekarang waktunya untuk quiz." Kemudian ia mengeluarkan
sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember
tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak
ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember. Ia bertanya pada
kelas, "Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?"
Semua mahasiswa serentak berkata, "Ya!"
Dosen bertanya kembali, "Sungguhkah demikian?" Kemudian, dari dalam meja ia
mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke
dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu
turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu. Kemudian,
sekali lagi ia bertanya pada kelas, "Nah, apakah sekarang ember ini sudah
penuh?"
Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, "Mungkin tidak."
"Bagus sekali," sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan
menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah
kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi, ia bertanya pada kelas,
"Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?"
"Belum!" sahut seluruh kelas.
Sekali lagi ia berkata, "Bagus. Bagus sekali." Kemudian ia meraih sebotol
air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Lalu
ia menoleh ke kelas dan bertanya, "Tahukah kalian apa maksud illustrasi
ini?"
Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, "Maksudnya
adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat
tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya."
"Oh, bukan," sahut dosen, "Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi
mengajarkan pada kita bahwa: bila anda tidak memasukkan "batu besar"
terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya."
Apa yang dimaksud dengan "batu besar" dalam hidup anda? Anak-anak anda;
Pasangan anda; Pendidikan anda; Hal-hal yang penting dalam hidup anda;
Mengajarkan sesuatu pada orang lain; Melakukan pekerjaan yang kau cintai;
Waktu untuk diri sendiri; Kesehatan anda; Teman anda; atau semua yang
berharga.
Ingatlah untuk selalu memasukkan "Batu Besar" pertama kali atau anda akan
kehilangan semuanya. Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil (semacam
kerikil dan pasir) maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang
merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak
akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal
besar dan penting.
Oleh karena itu, setiap pagi atau malam, ketika akan merenungkan cerita
pendek ini, tanyalah pada diri anda sendiri: "Apakah "Batu Besar" dalam
hidup saya?" Lalu kerjakan itu pertama kali." (***)


Empati Diri

Seorang karyawan pergi ke India dalam rangka tugas dari kantor. Namun, dalam waktu singkat, dia mengalami benturan kebudayaan. Segala sesuatu menjadi sangat menjengkelkan dia. Iklim, makanan, kondisi hidup, wajah-wajah aneh yang misterius di sekitarnya. Tapi hal yang membuatnya marah sebenarnya adalah hal yang remeh. Mereka memberinya sebuah kamar, dan ketika pindah ke sana dia memeriksa setiap sudut dan celah dan sangat terkejut ketika dia melihat seekor tokek yang besar, gemuk dan jelek.

Dia menjadi sangat marah, "Saya tidak mau hidup dengan makhluk itu." Jadi, dia mencoba menangkap makhluk itu dengan berbagai cara, tapi sia-sia. Akhirnya, tokek itu bersembunyi di balik lemari. Orang itu malas untuk meminta bantuan dari orang lain. Namun, dalam kebingungan yang tak beralasan ini, tiba-tiba muncul gagasan bagus dari otaknya, yakni untuk berteman dengan tokek itu. Awalnya memang tidak mudah.

Hal pertama yang dilakukannya bila ia memasuki ruangan adalah mencari tokek itu, kemudian menyapanya, setelah itu dia bahkan memberinya nama. Dalam waktu singkat, tokek itu hampir menjadi teman bercakap-cakap. Kemudian dia juga mulai mencatat beberapa perbaikan dari tokek itu, misalnya bahwa dia mengurangi jumlah nyamuk di ruangan itu, menemaninya mengisi kesepian di ruangan itu dan kadang-kadang membangunkannya diwaktu pagi sehingga tidak telat ke kantor. Setelah beberapa saat, orang itu mulai menyadari bahwa masalah yang dahulu muncul tidak berasal dari lingkungan di sekitarnya tapi dari dalam dirinya sendiri.
__________________________________________________________

Realitas diciptakan oleh pikiran, kita bisa mengubah realitas dengan cara mengubah pikiran kita. (Plato)

---------------------------------

Melati akan selalu berwarna putih
Meski ia tumbuh ditengah comberan
Tetap suci, indah dan mewangi
Biarpun aroma busuk mengepungnya

Bunga bangkai akan selalu berbau busuk
Meskipun tumbuh ditaman nan indah
Indah dan begitu memikat warnanya
Namun hanya lalat yang mau menggaulinya

Mawar warnanya dan harumnya selalu menggoda indera
Biar indah, namun hati-hati dengan durinya
Meski kelopaknya indah nan lembut
Durinya akan membuatmu berdarah

Bunga Matahari akan selalu mencari arah terbit surya
Kecerahan terpancar dari sosok warnanya
Sekalipun badai membuatnya lemah sementara
Namun kala sinar datang, ia akan kembali bergairah

Kantong Semar haruslah diwaspadai
Indah memikat dengan kantong kemerahan
Jangan mendekat, jika kau seekor serangga
Karena ia tak segan-segan menjadikanmu sarapannya

Bunga.tetap selalu bunga.....
Biar wangi, atau bahkan busuk sebusuk bangkai sekalipun
Warnanya tetaplah indah, apapun jenisnya
Sebagaimana kita umat manusia . ....


Teman, Aku ingin bercerita. Di salah satu dahan pohon yang rindang, terdapat sebuah sarang dimana hidup sepasang burung bersama seekor anak mereka yang baru menetas dari telur beberapa hari lalu. Sepasang Ayah dan Ibu burung itu nampak berbahagia sekali dengan kehadiran si burung kecil. Setiap pagi, sang ayah pergi mencari cacing untuk makan si burung kecil. Setiap hari, sang ibu menemani si burung kecil di sarang, menghangatkan tubuhnya dan melindunginya dari dinginnya desir angin yang kencang. Si burung kecil pun merasa nyaman dalam dekapan ibunya. Kalau perut terasa lapar, ia tinggal mencicit saja, semua dapat diperolehnya dengan mudah.

Hari berganti hari, tak terasa si burung kecil pun mulai bertambah usianya. Bulu-bulu di sekujur tubuhnya mulai tumbuh, si burung kecil sudah punya sepasang sayap mungil. Lalu, sang ayah berkata padanya : "Nak, kini sudah saatnya engkau belajar terbang, mengepakkan sayap yang telah Tuhan berikan padamu... Ayah dan Ibu akan mengajarimu terbang".

Tetapi si burung kecil nampak ketakutan, dia merasa belum mampu untuk terbang dengan sayapnya sendiri. Beberapa pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya. Bagaimana nanti kalau sepasang sayapku ternyata tak bisa dikepakkan? Aku takut jatuh dari ketinggian. Bagaimana nanti kalau aku lapar? Aku harus mencari makanan kemana? Bagaimana...? Si burung kecil pun berkata pada Ayah-Ibunya: "Ayah, Ibu, aku ingin tetap tinggal disarang saja, aku tak mau terbang sendiri, aku takut...", ucap si burung kecil lirih.

Lalu, sang Ayah burung mendekap tubuh si burung kecil dengan penuh kasih sayang, seraya berkata, "Nak, hilangkan semua kekhawatiran dan ketakutan yang menghantui benakmu itu. Engkau mempunyai sayap untuk terbang kemanapun engkau ingin pergi. Lihatlah dunia di luar sana Anakku, engkau akan bertemu dengan burung-burung lain, engkau akan menjumpai banyak pengalaman hidup yang akan memperkaya dirimu. Jangan pernah engkau risaukan tentang makanan, karena Tuhan telah menyediakan semuanya di alam sana, asalkan engkau mau berusaha menjemputnya Nak".

Si burung kecil mendengarkan nasehat Ayahnya dengan sungguh-sungguh, dia termenung sesaat, kemudian dengan semangat dia berkata, "Iya Ayah, aku akan belajar terbang sekarang, aku tidak akan takut." Lalu, si burung kecil mulai mencoba mengepakkan sayapnya perlahan... agak cepat... semakin cepat... dan kemudian... "Aku bisa terbang!", teriak si burung kecil gembira. Ayah dan ibunya tersenyum bahagia menyaksikan usaha anaknya.

Kini, siburung kecil itu sudah menjelma menjadi seekor burung besar yang gagah. Ia sudah bisa mencari makan sendiri, ia sudah menjalani banyak perjalanan hidup yang menjadikannya mandiri seperti sekarang, bahkan ia sudah menemukan seekor burung betina cantik menjadi pasangannya. Si burung itu bergumam, "semua ini tidak akan aku dapatkan seandainya aku tak mau belajar terbang"

Teman,
Dahulu, kita adalah burung-burung kecil itu, yang sangat bergantung pada ayah dan ibu kita. Namun Teman, mari lihatlah dengan seksama diri kita di cermin saat ini. Kita bukan lagi anak kecil yang masih harus selalu di 'suapi' oleh ayah dan ibu seperti dahulu, kita bukan lagi bocah kecil yang harus berdiam diri keenakan menanti 'subsidi' rutin setiap bulan masuk ke rekening tabungan kita dari Ayah dan Ibu.

Cobalah Teman, perhatikan sekali lagi sosok pada cermin di hadapanmu itu. Ya Tuhan, ternyata kita sudah dewasa, tak terasa usia sudah merangkak ke angka 22 tahun lebih. Tapi, mengapa diri ini tak ubahnya seperti si burung kecil tadi yang masih ingin terus berdiam di sarang, karena tak mau susah memikirkan harus mencari makanan .

Teman, Apakah kita tak memperhatikan kedua orangtua kita yang sudah mulai lanjut usia, lihatlah kerutan yang mulai menghiasai wajah mereka, lihatlah tenaga mereka sudah tak sekuat dulu lagi. Lalu, Apakah begini bakti kita terhadap mereka? Kita masih 'tega' membiarkan mereka membanting tulang untuk membiayai kuliah dan kebutuhan kita sehari-hari. Teman, padahal sudah saatnya kita menunjukkan pada mereka bahwa kita sudah bisa mandiri seperti si burung kecil tadi.

Teman, mari kepakkan 'sayap' mu sekarang juga. Jangan takut dengan kencangnya angin di luar sana, jangan takut dengan ganasnya kehidupan disana. Karena itu akan membawa kita pada sebuah kedewasaan diri akan hakikat hidup sesungguhnya.

"Berapa lamakah kita kan tetap menggelepar menggantung di sayap orang. Kembangkan sayapmu sendiri dan terbanglah lepas seraya menghirup udara Bebas di taman luas".

Aku Mau Mama Kembali - Sebuah kisah teladan dari negeri China

Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki yang
luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada
Papanya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta
tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak
lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas
disebut anak yang luar biasa. Saking jarangnya seorang anak yang berbuat
demikian, sehingga ketika Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa
yang Zhang Da perbuat maka merekapun memutuskan untuk menganugerahi
penghargaan Negara yang Tinggi kepadanya.

Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah
melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk
China. Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, di Propinsi Jiangxu,
kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional keseluruh pelosok negeri,
memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah
satunya adalah Zhang Da.

Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita ini
untuk melihat semangatnya yang luar biasa. Bagi saya Zhang Da sangat
istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling luar
biasa di antara 1,4 milyar manusia. Atau lebih tepatnya ia adalah yang
terbaik di antara 140 juta manusia. Tetapi jika kita melihat apa yang
dilakukannya dimulai ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia lakukan
sampai sekarang (ia berumur 15 tahun), dan satu-satunya anak diantara 10
orang yang luar biasa tersebut maka saya bisa katakan bahwa Zhang Da dan
apa yang dilakukannya, maka saya mau katakan bahwa ia luar biasa di
antara 1,4 milyar penduduk China.

Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah
tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit
keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak
bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini
memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk
mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus
mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus
memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam
kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih
terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini.
Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima
kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.

Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia
tidak menyerah.Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan
kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya
dan papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan
pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari
rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam
perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian
dan buah-buahan yang

ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia
coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang
masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia
bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan
memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia
gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti
ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan
kuat.

ZhangDa Merawat Papanya yang Sakit.

Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk
merawat papanya.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan
papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya,
semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan
ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.

Zhang Da menyuntik sendiri papanya.

Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir
untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur
sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku
bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar
bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya.
Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya
sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu
sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti
layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru
tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah
perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa
memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak
cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang
sedang ada dalam hidup dan kehidupannya.

Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya
selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil
dan ahli menyuntik.

Aku Mau Mama Kembali

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir
dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada
Zhang Da,

Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya,

"Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu
rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan
sampai kamu

selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa
yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat,
pengusaha, orang terkenal

yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat
kamu melalui

layar televisi, mereka bisa membantumu!"

Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun
berkata lagi kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu"

Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun
menjawab, "Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa
membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama Kembalilah!" demikian
Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.

Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata
karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari
bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya,
mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya
dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah
kecil yang dekat dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta sebuah kartu
kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece
yang dipegangnya semua akan membantunya.

Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa
yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya.
Aku Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya
sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
........................................................................
..

Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati
kesulitan hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai
kemampuan dan kekuatan yg istimewa untuk menjalani ujian di dunia.
Sehebat apapun ujian yg dihadapi pasti ada jalan keluarnya...ditiap-tiap
kesulitan ada kemudahan dan Allah tidak akan menimpakan kesulitan diluar
kemampuan umat-Nya. Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika
sekarang sedang kurang beruntung, sedang mengalami
kekalahan....bangkitlah!

karena sesungguhnya kemenangan akan diberikan kepada siapa
saja yg telah berusaha sekuat kemampuannya.

Dear All,
Ini ada langkah2 bagus. Mungkin bisa digunakan di tempat kerja

Langkah-Langkah untuk tidak berputus asa dan supaya hidup penuh gairah

1. Janganlah anda coba-coba meniru kepribadian orang lain.

2. Untuk membina kebiasaab kerja yang mantap, terapkanlah hal-hal sbb:
- Benahilah meja anda dari segala macam map dan surat-surat, kecuali
bahan-bahan yang langsung sedang anda tangani pada saat itu.
- Lakukanlah pekerjaan anda menurut urutan pentingnya penyelesaian tugas.
- Bila anda menghadapi masalah, pecahkanlah dengan segera dan langsung,
apabila anda telah memiliki segala fakta yang diperlukan untuk mengabil
kesimpulan.
- Belajarlah mengorganisisr sesuatu, mempercayakan sesuatu tugas kepada
orang lain, dan belajarlah pandai mengawasi jalannya pekerjaan yang
sedang berlangsung.
3. Bekerjalah secara santai

4. Buatlah suasana pekerjaan anda itu mengandung gairah.

5. Hitunglah berkat dan suskes anda dan jangan menghitung-hitung kesulitan
anda.

6. Ingatlah bahwa kritik yang tidak langsung itu sering merupakan satu
penghormatan yang terselubung.

7. Berusahalah sebaik mungkin dalam menyelesaikan susyatu masalah.

Nach for you all, Nice to try it....

Sumber dari (DR. DANIEL CARNEGIE)
Munuju Hidup Sukses & Bergairah Dalam Bekerja

No comments:

Post a Comment