Tuesday, September 12, 2006

Kiat Menghadapi Kejahatan Hipnotis
Penipuan yang didahului dengan tepukan bahu, bersalaman, pandangan mata atau
kepulan asap rokok, sering kali terjadi. Ini dikenal dengan kejahatan
hipnotis. Bagaimana mengantisipasi kejahatan ini?

Korbannya aksi kejahatan hipnotis selama ini beragam, dari pembantu rumah
tangga sampai ibu-ibu kaya. Barang yang berpindah tangan pun, dari belanjaan
pasar hingga perhiasan. Sukar memang menghentikan aksi yang dilakukan dengan
licik ini namun bukan berarti tidak bisa diatasi.

Hipnotis atau hipnosis, berasal dari kata Yunani, hypnosa yang berarti
tidur. Masyarakat Indonesia juga telah mengenal hipnotis secara tradisional.
Dalam istilah Jawa, ada yang disebut ilmu gendam atau mempengaruhi seseorang
lewat pikiran dengan menggunakan mantera-mantera tertentu. Gendam termasuk
katagori magic.

Misalnya kehebatan seorang Kubu di Jambi dalam menangkap ikan hanya dengan
tepukan tangan. Lalu masyarakat di pinggir Sungai Serayu, Jawa Tengah dengan
ilmu gendam-nya ini untuk menangkap ikan. Mereka mencari ikan bukan dengan
pancing atau jala, melainkan menyelam. Sambil menyelam mereka menggendam,
ikan dengan cepat mereka dapatkan.

Di era sekarang ini, popularitas hipnotis terdongkrak seiring kesuksesan
Deddy Corbuzier "membumikan" sulap lewat televisi dan menjadikan sulap dan
pesulapnya kian dekat dengan masyarakat. Sejalan dengan itu, giliran program
hiburan yang menampilkan ilmu hipnotis menghiasi layar televisi. Romy Rafael
salah seorang yang ikut mempopulerkan hipnotis ini.

Menurut pria tampan kelahiran Surabaya, 12 Juli 1977 itu, banyak orang yang
mengidentikkan ilmu hipnotis itu sebagai ilmu kejahatan. Mengenai hal itu
Romy Rafael mengaku perlu meluruskan pandangan tersebut.

"Hipnotis enggak seperti itu. Tidak mungkin ada pencurian memakai hipnotis
karena sudah pasti si korban akan menutup diri. Hipnotis tidak bisa berjalan
kalau subyek merasa perintah dari si penghipnotis bertentangan dengan
moralnya,"ujarnya mengutip situs pribadinya.

Untuk menghilangkan citra negatif hipnotis, Romy membuka sebuah klinik
Hipnoterapi di Piano Cafe, di kawasan Jalan Wijaya 1, Jakarta Selatan."Saya
ingin dengan hipnoterapi ini bisa mengubah pola pikir dan kebiasaan buruk
masyarakat," ujarnya, Kamis.

Sejatinya ilmu hipnotis modern dikenal manusia sejak abad 18. Tokoh utamanya
adalah Franz Anton Mesmer, dan disusul oleh James Braid, Charcot, Liebault,
Bemheim, Sigmund Freud, Clark Haul, dan sebagainya.

Hipnotis oleh para pakar di barat lebih diyakini sebagai seni ketimbang
klenik. Hipnotis, kata para pakar itu, merupakan seni sugesti, seni
komunikasi, seni merubah tingkat kesadaran, dan seni eksplorasi alam bawah
sadar.

Hipnotis, kini telah berkembang pesat dan banyak dimanfaatkan sebagai terapi
berbagai penyakit yang berhubungan dengan pikiran atau sugesti. Seperti
phobia, stress hingga depresi, kecanduan obat dan perokok berat. Masa
kesembuhan bergantung pada berat tidaknya masalah kesehatan yang diderita
pasien.

Menurut pakar Hypnosis Indonesia, Yan Nurindra, MCH, CHt yang telah mengajar
ilmu hipnotis di empat kota: Jakarta, Semarang, Yogyakara dan Denpasar,
konsep dasar hipnotis adalah belajar memahami fakta dan mitos di sekitar
hipnotis, memahami fungsi dan peranan Sub-Conscious (alam bawah sadar).
Secara umum, wilayah kesadaran manusia memiliki tiga kategori. Terdiri dari:
Kesadaran Tinggi (Super-Conscious) , Kesadaran Normal (Conscious), Bawah
Sadar (Sub-Conscious) . Dalam kehidupan sehari-hari, mekanisme manusia
biasanya terdiri: Conscious 12 % , Sub-Conscious 88 %.

Tak heran kemudian, seseorang yang gampang tersugesti, biasanya mudah pula
terhipnotis. Begitu pula dengan mereka yang memiliki IQ tinggi atau punya
tingkat konsentrasi tinggi, akan mudah diarahkan. Pada saat proses memasuki
alam pikiran seseorang, otak kiri yang punya kemampuan menganalisa dan
berhitung, kemampuannya perlahan turun.

Sedang otak kanan yang memiliki kemampuan untuk berkreasi, berimajinasi dan
bermimpi, begitu menerima perintah baru, langsung diserap tanpa menganalisa
lebih dulu.
"Hipnotis, sebenarnya murni kemampuan persuasif seseorang untuk
mengendalikan alam bawah sadar orang lain. Sayangnya, hipnotis kerap disalah
gunakan untuk melakukan kejahatan. Padahal jika dimanfaatkan dengan benar,
terapi masalah psikis melalui kendali alam bawah sadar, dengan menggunakan
hipnotis menjadi lebih efektif," ujarnya.

Lalu bagaimana menghilangkan pengaruh hipnotis ini? Ir. RMH Gembong
Danudiningrat, paranormal asal Yogyakarta, punya kiat menghindar atau
menghilangkan pengaruhi hipnotis.

Menurutnya, tepukan bahu dan mantera-mantera sebenarnya bukan untuk
mempengaruhi si korban, tapi lebih untuk persiapan si penipu. Jadi, waktu
dia mengucapkan mantera, menepuk bahu atau bersalaman, kekuatan magnetnya
mengumpul sehingga bisa diarahkan ke calon korban.

Penipuan seperti itulah yang belakangan jamak terjadi. Terutama di
tempat-tempat keramaian, pasar, pusat perbelanjaan, halte bus, bahkan
pemukiman. Kendati banyak yang menjadi korban, namun ada juga yang berhasil
menggagalkannya.

Menurut Gembong kuncinya menghilangkan pengaruh hipnotis adalah waspada.
Konsentrasikan pikiran ke satu titik di tubuh pada kesempatan pertama.
"Jangan mau dikuasai orang lain. Ibaratnya badan milik saya sendiri tak ada
pihak lain yang bisa mengontrolnya kecuali saya. Jangan sekali-sekali
membiarkan diri terbawa omongan."
Yang tak kalah pentingnya, katanya, berhati-hati, jangan sampai kehilangan
kesadaran bila diajak ngobrol, dinasihati, atau ditepuk bahu kita oleh orang
yang belum kita kenal. "Jadi, kewaspadaan kepada seseorang sangat perlu.
Kalau bisa kita segera menghindar." Kalau enggak mungkin, coba "serang"
kembali dengan pertanyaan untuk menghilangkan (membuyarkan) konsentrasi
lawan.

Gembong juga menganjurkan untuk tidak gampang ramah, terutama kepada orang
yang tak dikenal. Khususnya para wanita, berhati-hatilah kalau menerima
sapaan. Banyak sudah yang tak cuma tertipu, tetapi juga dilecehkan. Wanita
memang sering jadi sasaran lantaran punya sifat tidak tegaan dan gampang
dipengaruhi.

Sebetulnya, kata Gembong, menghindari pengaruh hipnotis bukan hal yang sukar
dilakukan. Kunci utamanya bersikap tenang, konsentrasi penuh kepada setiap
hal, dan selalu waspada . Ini berlaku untuk keadaan apapun saat berada di
manapun. Gampangnya, seperti nasihat yang dituturkan orang tua: "Ojo
ngalamun, merga ngalamun iku koncone setan" (jangan melamun, sebab dengan
melamun kita berteman dengan setan)," ujarnya. (Berbagai Sumber)

Dedy Ardiansyah >> Global | Medan


Kiat Menghadapi Kejahatan Hipnotis

PENIPUAN yang didahului dengan tepukan bahu, bersalaman, pandangan mata atau
kepulan asap rokok, sering kali terjadi. Ini dikenal dengan kejahatan
hipnotis. Korbannya beragam, dari pembantu rumah tangga sampai ibu-ibu kaya.
Barang yang berpindah tangan pun, dari belanjaan pasar hingga perhiasan.
Sukar memang menghentikan aksi yang dilakukan dengan licik ini namun bukan
berarti tidak bisa diatasi.

Masyarakat Indonesia ternyata telah mengenal hipnotis secara tradisional.
Misalnya kehebatan seorang Kubu di Jambi dalam menangkap ikan hanya dengan
tepukan tangan. Lalu masyarakat di pinggir Sungai Serayu, Jawa Tengah dengan
ilmu gendam-nya ini untuk menangkap ikan. Mereka mencari ikan bukan dengan
pancing atau jala, melainkan menyelam. Sambil menyelam mereka menggendam
ikan dengan cepat mereka mendapatkannya.

Terlepas dari berbakat atau tidaknya seseorang, hipnotis dengan gelombang
telekinetis ini mudah dipelajari. Sayangnya kemampuan yang bermanfaat ini,
banyak dipelajari hanya untuk disalah gunakan.

Menurut Ir. RMH Gembong Danudiningrat, paranormal asal Yogyakarta, setiap
orang bisa mengaktifkannya. Kemampuan ini bisa dilatih karena pada dasarnya
setiap orang mempunyai bekal. Hanya saja ada yang rajin melatih, sementara
yang lain membiarkannya. Sebagai perumpamaan, setiap orang punya pisau yang
ketajamannya berbeda-beda. Ada yang rajin mengasah dan ada yang tidak.
Bahkan ada yang cenderung membuangnya.

Soal teknik pelaksanaan yang berbeda-beda, baik dengan tepukan, salaman atau
kepulan asap rokok, terjadi karena perbedaan antara magnetisme dengan mejik
atau kemampuan gaib. Dengan tepukan atau sorot mata, pelaku sudah
menimbulkan rasa was-was pada diri calon korban. Ia seolah-olah menghipnotis
diri sendiri sehingga semakin gampang terkena pengaruh magnetisme.

Tepukan bahu dan matera-mantera sebenarnya bukan untuk mempengaruhi si
korban, tapi lebih untuk persiapan si penipu. Jadi, waktu dia mengucapkan
mantera, menepuk bahu atau bersalaman, kekuatan magnetnya mengumpul sehingga
bisa diarahkan ke calon korban.

Penipuan seperti itu belakangan memang sering kita dengar. Terutama di
tempat-tempat keramaian, pasar, pusat perbelanjaan, halte bus, bahkan
pemukiman. Banyak pula korban, namun ada yang berhasil menggagalkannya yaitu
dengan kewaspadaan tinggi.

Menurut Gembong, saat ditipu, korban akan merasa kehilangan kesadarannya.
Tangan dan organ lain bergerak bukan atas perintah otak, melainkan seluruh
kehendak si penipu. Sesudah "siuman" biasanya barang-barang bawaan, terutama
yang berharga, sudah beralih tangan.

Anehnya, korban bisa beraneka ragam. Bahkan sesorang yang sudah punya
"pagar" pun terkadang kena. Dengan kekuatan atau ilmu yang dimilikinya, si
penipu ternyata mampu membelokan otak dan memerintahkan sesuatu kepada orang
yang belum dikenal.

Dalam istilah Jawa, itu di sebut ilmu gendam, mempengaruhi seseorang lewat
pikiran dengan menggunakan mantera-mantera tertentu. Gendam termasuk
katagori mejik, dengan hipnotis yang lebih empiris karena proses penjalaran
gelombang telekinesis. "Kalau mejik jangkanya bisa lama, sedangkan gendam
atau hipnotis hanya berlangsung sesaat," kata Gembong.

Setiap manusia mempunyai sisi jasmani dan rohani (batin). Sisi jasmani bisa
dipecah lagi menjadi dua bagian, jasmani kasar (badan fisik yang kelihatan)
dan jasmani halus (badan halus atau aura). Badan halus ini berupa materi,
yang meski tidak kelihatan, tapi ada lantaran biasnya bisa ditangkap dengan
teknik fotografi Kirlian. Aura ini melingkupi tubuh kita.

Setelah dipengaruhi rohani, yaitu getaran non material, jasmani akan
mempunyai jiwa. Hal itu ditandai adanya kemauan dan perasaan.

Gembong menganggap gelombang jahat adalah bagian dari proses alam, karenanya
ia menyarankan untuk meredamnya harus dari alam juga. Batu-batuan semacam
topas dan rubi adalah peredam gelombang jahat. Berpikiran positif,
memusatkan pikiran dan memohon keselamatan sangat dianjurkan. "Dengan berdoa
sebenarnya kita memang sudah memasang pagar".

Bagi mereka yang punya kepekaan badan halus, bisa membentengi diri dengan
badan halusnya. Yang terpenting, adalah berdoa kepada Tuhan. Setiap kali
bepergian, hendaknya tidak membawa masalah. Bila tiba-tiba muncul perasaan
ragu, jadi pergi atau tidak, ambil keputusan yang paling kuat, yaitu
keputusan yang pertama.

Kalaupun sedang apes hingga menjadi sasaran, jangan khawatir. Langsung
konsentrasikan pikiran ke satu titik di tubuh pada kesempatan pertama.
"Jangan mau dikuasai orang lain. Ibaratnya badan milik saya sendiri tak ada
pihak lain yang bisa mengontrolnya kecuali saya. Jangan sekali-sekali
membiarkan diri terbawa omongan."

Yang tak kalah pentingnya, berhati-hati, jangan sampai kehilangan kesadaran
bila diajak ngobrol, dinasihati, atau ditepuk bahu kita oleh orang yang
belum kita kenal. Jadi, kewaspadaan kepada seseorang sangat perlu. Kalau
bisa kita segera menghindar. Kalau enggak mungkin, coba "serang" kembali
dengan pertanyaan untuk menghilangkan (membuyarkan) konsentrasi lawan.

Gembong juga menganjurkan untuk tidak gampang ramah, terutama kepada orang
yang tak dikenal. Khususnya para wanita, berhati-hatilah kalau menerima
sapaan. Banyak sudah yang tak cuma tertipu, tetapi juga dilecehkan. Wanita
memang sering jadi sasaran lantaran punya sifat tidak tegaan dan gampang
dipengaruhi.

Sebetulnya bukan hal yang sukar dilakukan. Sikap tenang, konsentrasi penuh
kepada setiap hal, dan selalu waspada. Ini berlaku untuk keadaan apapun saat
berada di manapun. Gampangnya, seperti nasihat yang dituturkan orang tua:
"Ojo ngalamun, merga ngalamun iku koncone setan" (jangan melamun, sebab
dengan melamun kita berteman dengan setan).

Kadang-kadang, belum digarap dengan magnetisme pun korban sudah terpengaruh.
Ini bisa terjadi lantaran sugesti. Misalnya si penipu mengenakan pakaian
rapi, ramah dan tampan sehingga calon korban terpesona dan mudah digiring.

Korban bisa saja membenarkan apa pun omongan pelaku, atau bisa saja si
pelaku asal menebak nama atau keadaan calon korban dan dibenarkan, karena
biasanya orang yang punya kekuatan supranatural sering tepat menebak. Ini
pula sebabnya, sebelum beraksi si pelaku bisa mengecek dulu "kekuatan" calon
korbannya tanpa diketahui. Atau, paling tidak, ia secara selektif membaca
pikiran korban, apakah sedang dalam keadaan linglung atau tidak. (Rudi
Setiadi)***

No comments:

Post a Comment