Tuesday, September 12, 2006

Gelas


Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak.
Pada suatu pagi, datanglah
seorang anak muda yang sedang dirundung masalah.
Langkahnya gontai dan air
mukanya ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang
yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan
semua masalahnya. Pak Tua yang
bijak, hanya mendengarkanya dengan seksama. Ia lalu
mengambil segenggam garam,
dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air.
Ditaburkannya garam itu ke
dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba, minum
ini, dan katakan bagaimana
rasanya?", ujar Pak tua itu. "Asin, asin
sekali," jawab sang tamu, sambil
meludah ke samping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum.
Ia, lalu mengajak tamunya
ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan
dekat tempat tinggalnya.

Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan
akhirnya sampailah mereka ke tepi
telaga yang tenang itu. Pak tua itu, lalu kembali
menaburkan segenggam garam, ke
alam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya
gelombang dengan mengaduk-aduk
dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga
itu. "Coba, ambil air dari
telaga ini, dan minumlah." Saat tamu itu selesai
mereguk air, Pak tua berkata
lagi, "Bagaimana rasanya?". "Segar", sahut
tamunya. ‘Apakah kamu merasakan
garam di dalam air itu?’, tanya Pak tua lagi. ‘Tidak’,
jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak tua itu menepuk-nepuk punggung
si anak muda. Ia lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di
samping telaga itu. "Anak muda,
dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya
segenggam garam, tak lebih dan
tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan
memang akan tetap sama."

"Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat
tergantung dari wadah yang kita
miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari
perasaan tempat kita meletakkan
segalanya. Itu semua akan tergantung hati kita.
Jadi, saat kamu merasakan
kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu
hal yang bisa kamu lakukan.
Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah
hatimu untuk menampung semua
kepahitan itu."

Pak tua itu kembali memberikan nasehat. "Hatimu adalah
wadah itu. Kalbumu adalah
tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan
hatimu itu seperti gelas,
buatlahlaksana telaga yang mampu meredam setiap
kepahitan itu dan merubahnya
menjadi kesegaran dan kebahagiaan. "

No comments:

Post a Comment